cerpen berikut saya buat sewaktu mengikuti kontes VERILE WRITING CONTEST tapi gak menang .. :( dan setelahnya aku langsung publikasi deh disini.. :)
Seandainya sekarang atau nanti ada
seseorang yang bertanya tentang pekerjaan ku mungkin mereka bisa tertawa atau
berpikir aku sudah gila , aneh , ndeso
dan pasti di sangkut pautkan dengan pengangguran . ini benar – benar nyata
bahkan mereka tidak mempercayaiku . ada yang bilang “ kamu
cantik Ver , tapi pekerjaan lo tuh nggak cocok banget deh ”. memangnya salah saya apa ? berulang – ulang
aku berkata seperti tadi mereka hanya geleng kepala dan tak peduli sama sekali
. “ toh ,
kalo misalnya tampang gue jelek , emang lo mau pusing ama pekerjaan gue, nggak
kan ? ” aku jadi
kesal sampai melempar pernyataan ku tadi ke arah mereka dan tidak akan lagi
membiarkan kedua telinga ku nurut
sama omongan mereka . baru 8 bulan
aku berprofesi sebagai penjual plester luka dan mereka sudah melontarkan
pendapat negatif bukan berarti aku harus berhenti . tempat tinggal yang
kutinggali milik Paman Gito-lah yang
membuat usaha jual plester luka ini sangat membanggakan aku dan karena beliau
juga menyayangiku dan dari situlah aku mulai menjual berkat permintaannya .
Impian
satu – satunya aku ingin banget jadi
seorang Fotografer . aku berani mengambil jurusan Fotografer di Universitas
Paramadina sayangnya, kamera DSLR yang lagi booming belum juga ku miliki
. berkat rasa terima kasih nya Paman Gito akhirnya aku bisa mengenggam Kamera gede itu .
“ Ver ,
ada plester nggak ? ” tanya Mariska
“ lo mau
beli apa mau ngejekin gue sih ? ” balasku kencang
“ ha ha
biasa aja kali gue becanda , jangan
marah kayak gitu dong ” bujuk Mariska sambil merangkul leher ku
Bisa –
bisanya Mariska menyinggung pekerjaan ku pagi itu juga . katanya sahabat tidak
boleh saling menyakiti tapi pepatah itu harus patah juga karena seorang sahabat
hari ini mencoba menyinggung perasaanku .
“ Ka ,
asal tau aja gue jualan plester itu semua karena gue kasian banget sama orang
yang lagi terluka , kalo gak di obati kan bisa bahaya ! ” kataku
panjang lebar tak peduli Mariska menganggap sikapku lebay kali ini
“ wah ...
wah.. baik sekali hatimu Ver , macam Perawat Perang Dunia dulu , obati gue dong , gue punya luka nih ”
“ di mana
emangnya ? ”
“ disini ,
di hati lagi broken heart ”
“ ooh ,
kalo gitu dada lo gue sobek dulu ya baru
deh hati lo gue tempel pake plester ”
“ waduh
ampun mbak Vera ! gue nyerah deh ! ” kapoknya sambil berlari dan berlalu meninggalkan aku
sendirian dihalaman kampus
Profesi
sebelumnya adalah Penjual plester dan sebentar lagi aku bakal berjualan Produk
Pembersih Wajah. setelah sebelumnya penuh kontroversi mungkin dengan profesi
baru ini aku bisa mengurangi kontroversi yang bakal hadir setelah aku
mempromosikannya . Paman Gito memang kreatif tak tahu darimana beliau dapat ide
untuk bisnis barunya .
“ Verile Acne Gel
dan Verile Facial Wash , nama merek nya Paman
sengaja menyalin dari nama depan kamu “ Vera ” gimana kreatif kan Paman kamu ini ? ” tanya Paman Gito
“ iya sih , tapi ini aman kan Paman ? nggak ada efek
sampingnya kan ” tanyaku masih ragu dengan
penemuan Paman Gito
“ Paman punya sertifikatnya kok , sebentar lagi Produk
Paman akan terkenal , kamu coba ya ”
“ ogah , muka ku nggak berjerawat , masa disuruh nyoba ” tolak Vera
Vera
paling anti kalau yang namanya jerawat tiba – tiba timbul di sekitar wajah nya
yang imut . heran nya Vera lebih suka
lihat cowok yang jerawat nya timbul di ujung hidung abis lucu sih kayak hidung Nenek sihir katanya . Vera
coba mengunjungi pabrik yang menjadi bisnis baru Paman
nya . tak lupa ia memotret – motret keadaan dan aktifitas
didalam Pabrik .
“ Ver , gue lagi di Cafe Biru , lo dimana ?
gue lagi tunggu lo nih .. ” pesan dari Mariska
“ Iya , gue kesana sekarang ! ” balasku cepat
“ kenalin ini sepupu gue dari Jogja yang mau pindah ke
kampus kita , namanya Damar ” jelas
Mariska . aku memperkenalkan diriku dan dia juga begitu sambil bersalaman
“ kok pindah ? ” tanyaku
biar lebih akrab
“ pengen aja ke kampus bareng Mariska , dari kecil kita
berdua sering kompak dan gue juga udah kangen sama kota Kelahiran gue ” jelasnya
“ oh gitu ya .. ”
1 bulan
kemudian
“ Ver , jerawat lo lucu juga ya ” celoteh Mariska
“ Jerawat ? tenang aja kan ada Verile ! ha ha ha ” tambah Damar
“ lucu juga slogan iklan Paman lo Ver , bener tuh pake
Verile aja biar lo gak diledekin lagi sama
Damar tuh ”
“ sial ! ini semua gara – gara coklat pemberian Damar
tuh dan gue jadi kayak gini , baru kali ini deh gue punya jerawat ! ” kesal Vera
Esoknya jerawat ku sudah hilang berkat Produk Paman Gito . akhirnya lepas
juga dan tidak ada lagi tempuran ejekan Mariska dan sepupunya Damar . waktunya
membuktikan pada mereka kalau jerawatku sudah kempes sempurna alias
menghilang . di Kantin Kampus Damar terlihat sendiri tanpa Mariska .
ku siapkan Kamera dan mencoba mendekatinya pelan – pelan .
“ wah ! Damar jerawatan di hidung ! ” teriaknya girang
setelah melihat hasil jepretan nya tadi , wajah Damar benar
– benar buruk . kali ini Damar kelihatan kapok dan malu karena sebagian Mahasiswa yang
ada dikantin sudah tahu kalau Damar lagi jerawatan
“ ya udah . . gue masih jualan plester kok, nih buat nutupin jerawat lo ” sambil menyodorkan plester ke arah Damar
“ plester cinta nih ? ” ge-er
Damar
“ sok tau lo
! ”
“ gue serius Ver,
lo mau nggak jadi pacar gue ? ” sambil meraih
jari tangan Vera
“ hmm.. apa ya ?
ogah pacaran ama cowok berhidung jerawat ! ” sambil menarik kembali
tangannya dan berlalu dari arah Damar dan menyisakan senyumnya . Damar ikut
berlari di
belakang Vera terus memanggil namanya berharap Vera mempercayai
keseriusannya .